SERGAI (ANTARA)- Stunting pada anak memiliki dampak yang sangat serius bagi perkembangan fisik dan mental mereka. Oleh karenanya, diperlukan upaya yang sangat serius dalam mengentaskan angka stunting hingga suatu daerah terbebas dari stunting.
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh stunting pada anak antara lain, pertama pertumbuhan fisik yang terlambat. Seorang anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Ini dapat mempengaruhi perkembangan fisik mereka sepanjang hidup.
Kemudian mengalami gangguan kognitif dan perkembangan mental, yaitu stunting dapat menghambat perkembangan otak anak, yang berakibat pada kemampuan kognitif yang lebih rendah. Anak-anak dengan stunting mungkin mengalami kesulitan dalam belajar, memiliki kemampuan berpikir yang lebih lambat, dan berisiko tinggi mengalami gangguan dalam konsentrasi serta daya ingat.

Selanjutnya rentan terhadap penyakit anak yang mengalami stunting memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Kondisi ini bisa memperburuk masalah kesehatan mereka dalam jangka panjang.
Keterlambatan motorik juga jadi hal yang diakibatkan oleh stunting. Hal ini karena dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak, seperti kemampuan untuk berjalan, berlari, dan melakukan aktivitas fisik lainnya dengan baik. Ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik yang penting untuk perkembangan sosial dan kesehatan mereka.
Tak hanya itu, stunting juga dapat mengakibatkan penurunan produktivitas di masa depan. Anak yang mengalami stunting mungkin menghadapi keterbatasan dalam memperoleh pendidikan yang baik dan sulit untuk mencapai potensi maksimal mereka di masa depan. Hal ini dapat mengarah pada rendahnya produktivitas dalam dunia kerja.
Tingkat kematian juga bisa menjadi penyebab dari stunting. Anak-anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap kematian akibat penyakit tertentu, terutama diare, pneumonia, dan infeksi lainnya, karena tubuh mereka lebih lemah dan sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi optimal.
Terakhir, stunting meningkatkan beban ekonomi. Bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga masyarakat dan negara secara keseluruhan. Keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental anak dapat mengurangi produktivitas ekonomi di masa depan, yang pada akhirnya meningkatkan beban ekonomi negara.
Oleh karena itu, pencegahan stunting sangat penting, dengan memastikan bahwa anak mendapatkan gizi yang cukup, air bersih, dan perawatan kesehatan yang tepat sejak masa kehamilan dan sepanjang masa pertumbuhan mereka.
Terkait dengan stunting, hal ini menjadi tugas bersama bagi stakeholder terkait yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Ini juga masih menjadi tantangan besar bagi kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat untuk terus melandaikan angka prevalensi stunting. Meski prevalensi stunting menurun menjadi 14,04 persen pada 2023, melebihi target Pemkab Sergai sebesar 18 persen, namun upaya menurunkan angka tersebut terus menjadi prioritas utama.
“Angka ini harus kita pertahankan dan turunkan lagi dengan berbagai upaya yang dilakukan secara terkoordinasi, baik lintas program maupun lintas sektor. Kolaborasi ini penting untuk memastikan anak-anak Sergai tumbuh sehat dan cerdas,” ujar Bupati Darma Wijaya pada akhir tahun 2024 lalu.
Sergai luncurkan Program BKB dan HIU
Program Bina Keluarga Balita (BKB) dan Holistik Integratif Unggulan (HIU) merupakan kegiatan khusus yang mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur. Pemkab Sergai juga telah meluncurkan gerakan percepatan perbaikan gizi dan kesehatan sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Melalui gerakan tersebut, salah satu tujuannya adalah menurunkan masalah kesehatan dan gizi pada balita melalui pemantauan perkembangan di BKB. Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, BKB perlu dikembangkan dan diintegrasikan dengan Posyandu dan PAUD dengan tujuan agar seluruh sasaran dapat terjaring dalam kegiatan BKB, Posyandu dan PAUD dalam satu wadah yaitu BKB HIU.

Saat ini, Kabupaten Sergai telah memiliki 17 BKB HIU yang tersebar di masing-masing kecamatan, namun belum ada yang memiliki BKB HIU yang terintegrasi secara pelayanan dan pelaporan. Oleh karenanya, perlu dilakukan rapat koordinasi dengan melibatkan lintas sektoral yang tujuannya memperkuat program BKB HIU dan meningkatkan sinergi antar berbagai pihak dalam upaya menurunkan angka stunting.
Menjadi Daerah Dengan Prevalensi Terendah ke-8 se-Sumut
Berdasarkan rilis data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 yang menunjukkan penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pembandingnya adalah data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 di mana persentase stunting Sergai di angka 21.1%. Sedangkan hasil terbaru, yaitu SKI tahun 2023, menunjukkan penurunan yang besar di angka 14.4% atau sebanyak 6,7%.
Wakil Bupati Sergai Adlin Tambunan yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) menyampaikan jika capaian tersebut merupakan prestasi yang sangat penting karena Kabupaten Sergai berada pada peringkat kedelapan (8) kabupaten/kota dengan angka stunting terendah se-Provinsi Sumatera Utara.
“Capaian ini melampaui target daerah tahun 2023 yaitu 18%. Sedangkan Kabupaten Sergai sendiri dalam RPJMD menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14% pada tahun 2024 ini. Sedangkan untuk tahun 2025 kita menargetkan stunting bisa menyusut hingga 12% dan hingga akhir periode RPJMD yaitu tahun 2026 angka stunting ditargetkan hanya pada angka 10%,” harapnya.
Ia pun tetap optimis bahwa segala bentuk intervensi yang sudah dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan prevalensi stunting di Sergai.

Upaya lainnya untuk menurunkan stunting adalah dengan mencari dan menangani penyebab langsung dan penyebab tidak langsung yang dilakukan melalui pendekatan komprehesif.
Pendekatan tersebut dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sehat serta memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah stunting.
Sedangkan intervensi sensitif yaitu dengan menyentuh secara langsung sasaran seperti ibu hamil dan balita gizi buruk, gizi kurang, dan balita stunting.
Selanjutnya Pemkab Sergai dalam menurunkan angka stunting juga mencanangkan beragam program konvergensi yang melibatkan lintas sektoral bahkan swasta lewat mekanisme CSR.
Implementasikan beberapa program, di antaranya DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), program pembinaan pranikah, pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri, pemberian ASI ekslusif, dan lain sebagainya
Wakil Bupati Sergai Adlin Tambunan, yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), menambahkan bahwa target tahun 2024 adalah menurunkan angka stunting hingga 14%, lalu 12% pada 2025, dan mencapai 10% pada akhir RPJMD 2026.