Sergai, INTARTA.com | Masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) mengeluhkan proyek pengorekan aspal tambal sulam di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) yang dinilai dikerjakan tidak profesional.
Proyek yang berlangsung di sepanjang Kecamatan Perbaungan hingga Teluk Mengkudu ini dianggap membahayakan pengguna jalan karena lubang bekas korekan dibiarkan terbuka dalam waktu lama.
Rahim (65), warga Sei Rampah, menyampaikan kekhawatirannya terhadap kondisi jalan yang belum segera ditambal setelah dilakukan pengorekan.
“Jangan dikorek lalu dibiarkan begitu saja. Ini sangat berbahaya, apalagi menjelang Lebaran di mana arus kendaraan meningkat,” ujarnya, Rabu (19/3).
Ia menambahkan bahwa lubang-lubang tersebut berpotensi menyebabkan kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor yang tidak menyadari adanya jalan berlubang.
Keluhan serupa juga datang dari pengguna jalan lainnya yang kerap melintasi Jalinsum. Mereka menyayangkan pihak kontraktor yang diduga bekerja tanpa perencanaan matang.

“Jalan yang sudah dikorek seharusnya segera ditambal, bukan dibiarkan berhari-hari. Ini bisa mencelakakan pengendara,” kata Andi (45) seorang warga Sungai Buluh Perbaungan.
Sebelumnya, proyek perbaikan jalan dengan metode tambal sulam ini diduga telah menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berujung pada korban jiwa.
Tepatnya tak jauh dari perumahan perkebunan 1916 Dusun II Desa Leberia, Kecamatan Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai yang menelan korban luka hingga meninggal dunia pada 2024 lalu.

Beberapa pengendara yang berusaha menghindari lubang malah kehilangan kendali dan mengalami kecelakaan.
Warga berharap pihak terkait segera menindaklanjuti permasalahan ini agar tidak semakin banyak korban yang berjatuhan.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa lubang-lubang bekas korekan aspal tersebar di berbagai titik sepanjang jalan utama di Sergai yang semakin memperbesar risiko kecelakaan.
“Saya sering melewati jalan ini, dan hampir di sepanjang jalur ada korekan yang belum ditambal. Ini jelas sangat membahayakan,” tambah Rahim.
Warga mendesak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) serta pihak kontraktor untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan proyek dengan benar.
“Jangan sampai ada korban lagi baru bertindak. Kami minta perbaikan dilakukan dengan cepat dan sesuai standar keselamatan,” ujar seorang pengguna jalan lainnya.
Sampai saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak kontraktor maupun instansi terkait mengenai keluhan warga.
Namun, masyarakat berharap ada pengawasan ketat terhadap proyek ini agar pekerjaan dilakukan dengan profesional dan tidak merugikan pengguna jalan.
Pihak kepolisian setempat juga diharapkan turun tangan untuk mengevaluasi dampak dari proyek ini terhadap keselamatan lalu lintas.
Jika ditemukan kelalaian, masyarakat meminta agar kontraktor diberi sanksi tegas demi mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Dengan kondisi jalan yang terus memburuk, masyarakat Sergai hanya bisa berharap agar proyek ini segera diselesaikan dengan baik.
Mereka tidak ingin perbaikan jalan yang seharusnya meningkatkan kenyamanan justru berubah menjadi ancaman bagi keselamatan pengguna jalan. [Ob01[