Intarta.com– Timnas Guinea U-23, yang akan menjadi lawan Timnas Indonesia, merupakan tim yang tak boleh diremehkan.
Berdasarkan data dari Soccerway dan Transfermarkt, banyak pemain Guinea U-23 yang berpengalaman bermain di liga-liga Eropa, mulai dari Austria, Prancis, Belgia, Jerman, hingga Yunani.
Kehadiran pemain-pemain seperti Algassime Bah dari Olympiacos, Selu Diallo dari Deportivo Alaves, dan Mohamad Soumah dari KAA Gent menunjukkan kualitas yang dimiliki tim ini.
Seperti Timnas Indonesia U-23, Guinea U-23 juga dianggap sebagai kuda hitam dalam turnamen mereka, yaitu Piala Afrika U-23.
Terlebih, mereka berhasil keluar sebagai runner-up grup yang juga berisi tim-tim kuat seperti Maroko, Ghana, dan Kongo, dengan mencatatkan kemenangan atas Kongo dan hasil imbang melawan Ghana.
Dalam perjalanan mereka di Piala Afrika U-23, Guinea U-23 menunjukkan ketangguhan dengan memberikan perlawanan sengit kepada Mesir U-23 meskipun kalah tipis 1-0.
Mereka juga menunjukkan kemampuan mereka dalam pertandingan perebutan peringkat ketiga melawan Mali, yang berakhir imbang 0-0 di waktu normal sebelum akhirnya kalah 4-3 di adu penalti.
Pelatih Timnas Guinea U-23, Morlaye Cisse, mengungkapkan keyakinannya terhadap kemampuan timnya.
“Jika diberi kesempatan untuk mengulangi kompetisi ini, saya akan menurunkan pemain yang sama dan mendekati permainan dengan cara yang sama karena saya percaya kami bermain baik di Piala Afrika U-23 ini, tetapi kami hanya kurang beruntung,” ujarnya dalam sebuah wawancara yang dikutip dari laman resmi CAF.
Dengan demikian, pertandingan playoff melawan Guinea U-23 tidak hanya menjadi kesempatan bagi Timnas Indonesia U-23 untuk lolos ke Olimpiade, tetapi juga untuk membuktikan bahwa mereka dapat bersaing di panggung internasional melawan tim yang juga memiliki ambisi yang sama besar untuk tampil di Olimpiade Paris 2024.
Namun apa jadinya timnas Indonesia jika Ivar Jenner, Hubner, Struick, dan Nathan absen, tidak mendapat ijin dari klub.***
